Pengantar dan Konsep Dasar Kepemimpinan Berdasarkan Servant Leadership

Pendahuluan

Dunia bisnis dan organisasi modern terus berubah, menuntut gaya kepemimpinan yang adaptif dan efektif. Di antara berbagai pendekatan, servant leadership (kepemimpinan pelayan) muncul sebagai model yang relevan, menekankan pada pelayanan seba agai inti dari kepemimpinan. Berbeda dengan model tradisional yang berpusat pada kekuasaan dan kontrol, servant leadership menempatkan kebutuhan bawahan, pemberdayaan tim, dan pembangunan komunitas sebagai prioritas. Artikel ini akan membahas secara mendalam konsep servant leadership, prinsip-prinsipnya, manfaat, penerapan, tantangan, dan perbedaannya dengan gaya kepemimpinan lain.

Sejarah dan Konsep Dasar Servant Leadership

Konsep servant leadership dipopulerkan oleh Robert K. Greenleaf dalam esainya “The Servant as Leader” (1970). Greenleaf mengamati bahwa pemimpin paling efektif adalah mereka yang pertama-tama melayani. Ia menekankan bahwa kepemimpinan sejati lahir dari keinginan tulus untuk melayani orang lain, bukan dari ambisi kekuasaan atau pengaruh.

Greenleaf mendefinisikan servant leader sebagai seseorang yang “pertama-tama adalah seorang pelayan. Dimulai dengan perasaan alami bahwa seseorang ingin melayani, untuk melayani pertama. Kemudian pilihan sadar membawa seseorang untuk memimpin.” Perbedaan mendasar terletak pada motivasi: servant leader dimotivasi oleh keinginan melayani, sementara pemimpin tradisional oleh keinginan memimpin.

Bagian 2: Prinsip-Prinsip Servant Leadership

Larry Spears, mantan CEO Robert K. Greenleaf Center for Servant Leadership, mengidentifikasi sepuluh karakteristik utama servant leadership:

  1. Mendengarkan (Listening): Servant leader memberi perhatian penuh, mendengarkan dengan empati, dan berusaha memahami perspektif orang lain. Mereka menghargai suara dan ide setiap anggota tim.
  2. Empati (Empathy): Servant leader berusaha memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain, menunjukkan kepedulian tulus terhadap kebutuhan dan perasaan bawahan.
  3. Penyembuhan (Healing): Servant leader menyadari pentingnya kesejahteraan emosional dan spiritual, membantu orang lain mengatasi masalah dan membangun hubungan sehat.
  4. Kesadaran (Awareness): Servant leader memiliki kesadaran diri tinggi, memahami nilai dan etika mereka, serta peka terhadap konteks organisasi dan lingkungan eksternal.
  5. Persuasi (Persuasion): Servant leader menggunakan persuasi daripada otoritas untuk memengaruhi orang lain, membangun konsensus dan mengajak partisipasi dalam pengambilan keputusan.
  6. Konseptualisasi (Conceptualization): Servant leader mampu melihat gambaran besar dan merumuskan visi jelas, membantu tim memahami tujuan organisasi dan kontribusi mereka.
  7. Kejelian (Foresight): Servant leader mampu mengantisipasi masa depan dan membuat keputusan tepat berdasarkan pemahaman tren dan potensi risiko.
  8. Kepedulian (Stewardship): Servant leader bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya organisasi dan bertindak sebagai penjaga kepercayaan, memastikan organisasi memberi dampak positif bagi masyarakat.
  9. Komitmen pada Pertumbuhan (Commitment to the Growth of People): Servant leader berinvestasi dalam pengembangan pribadi dan profesional bawahan, memberi dukungan, pelatihan, dan kesempatan untuk berkembang.
  10. Membangun Komunitas (Building Community): Servant leader menciptakan lingkungan kerja inklusif dan kolaboratif, membangun rasa kebersamaan dan saling percaya.

Bagian 3: Manfaat dan Penerapan Servant Leadership

Manfaat Servant Leadership

Penerapan servant leadership membawa berbagai manfaat:

  • Peningkatan Keterlibatan Karyawan: Karyawan merasa didengar, dihargai, dan didukung, sehingga lebih termotivasi dan terlibat.
  • Peningkatan Produktivitas: Keterlibatan tinggi berkorelasi dengan peningkatan produktivitas dan kinerja organisasi.
  • Peningkatan Retensi Karyawan: Karyawan cenderung bertahan lebih lama di organisasi yang menerapkan servant leadership.
  • Peningkatan Kepuasan Pelanggan: Karyawan yang puas dan termotivasi memberikan pelayanan lebih baik, meningkatkan kepuasan pelanggan.
  • Pengembangan Kepemimpinan yang Lebih Baik: Servant leadership mendorong pengembangan pemimpin di semua tingkatan.
  • Budaya Organisasi yang Positif: Menciptakan budaya inklusif, kolaboratif, dan berorientasi pada nilai kemanusiaan.

Menerapkan Servant Leadership dalam Organisasi

Penerapan servant leadership butuh komitmen dan upaya berkelanjutan:

  1. Evaluasi Budaya Organisasi: Identifikasi nilai dan norma yang ada.
  2. Pelatihan dan Pengembangan: Berikan pelatihan tentang konsep dan praktik servant leadership.
  3. Model Peran: Pemimpin senior harus menjadi contoh servant leadership.
  4. Komunikasi yang Efektif: Bangun saluran komunikasi terbuka dan transparan.
  5. Pengakuan dan Penghargaan: Berikan pengakuan kepada individu dan tim yang menunjukkan perilaku servant leadership.
  6. Pengukuran dan Evaluasi: Lakukan pengukuran dan evaluasi berkala.
  7. Integrasi dengan Sistem Manajemen: Integrasikan prinsip servant leadership ke dalam sistem SDM.
  8. Membangun Komunitas: Ciptakan ruang interaksi dan bangun hubungan personal.
  9. Fokus pada Pengembangan Orang Lain: Berikan kesempatan pengembangan keterampilan dan pengetahuan.
  10. Kepemimpinan yang Berkelanjutan: Jadikan servant leadership sebagai komitmen jangka panjang.

Bagian 4: Perbandingan dan Studi Kasus

Perbedaan Servant Leadership dengan Gaya Kepemimpinan Lainnya

  • Kepemimpinan Otokratis: Berpusat pada pemimpin yang memiliki kendali penuh. Servant leadership memberdayakan bawahan.
  • Kepemimpinan Transaksional: Berfokus pada pertukaran imbalan. Servant leadership menekankan pengembangan bawahan.
  • Kepemimpinan Transformasional: Menginspirasi dan memotivasi untuk mencapai visi bersama. Servant leadership melengkapi dengan menekankan pelayanan dan pemberdayaan.

Studi Kasus Servant Leadership

  • Southwest Airlines: Dikenal dengan budaya pelayanan yang kuat, menempatkan karyawan sebagai prioritas.
  • Starbucks: Berkomitmen pada pengembangan karyawan, memberikan pelatihan dan kesempatan berkembang.
  • The Container Store: Menerapkan servant leadership dengan memberikan gaji tinggi dan pelatihan ekstensif.

Bagian 5: Tantangan dan Kesimpulan

Tantangan dalam Menerapkan Servant Leadership

  • Perubahan Paradigma: Membutuhkan perubahan dari kepemimpinan berpusat pada kekuasaan.
  • Resistensi dari Pemimpin Tradisional: Beberapa pemimpin mungkin enggan melepaskan kontrol.
  • Pengukuran yang Sulit: Mengukur dampak servant leadership secara kuantitatif bisa sulit.
  • Waktu dan Kesabaran: Membangun budaya servant leadership membutuhkan waktu dan kesabaran.

Kesimpulan

Servant leadership adalah pendekatan kepemimpinan yang kuat dan relevan di era modern. Dengan memprioritaskan pelayanan, pemberdayaan, dan pengembangan orang lain, servant leader dapat menciptakan organisasi yang lebih efektif, inovatif, dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun ada tantangan dalam penerapannya, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar. Dengan komitmen dan upaya yang berkelanjutan, organisasi dapat membangun budaya servant leadership yang kuat dan berkelanjutan.

Manfaat servant leadership dalam bidang bisnis koperasi sangat signifikan dan relevan dengan prinsip dasar koperasi itu sendiri, yaitu gotong royong, kebersamaan, dan kesejahteraan anggota. Berikut adalah beberapa manfaat utama servant leadership dalam konteks koperasi:

  1. Peningkatan Partisipasi dan Keterlibatan Anggota:
  • Rasa Kepemilikan yang Lebih Kuat: Ketika pengurus koperasi menerapkan servant leadership dengan mendengarkan, berempati, dan memperhatikan kebutuhan anggota, anggota merasa lebih dihargai dan memiliki. Hal ini mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan koperasi, baik dalam rapat anggota, penggunaan layanan, maupun kontribusi modal.
  • Komunikasi yang Lebih Baik: Servant leadership menekankan komunikasi dua arah yang terbuka dan transparan. Pengurus yang melayani akan lebih proaktif dalam menjalin komunikasi dengan anggota, memberikan informasi yang jelas dan relevan, serta menerima umpan balik dengan baik. Hal ini meningkatkan pemahaman anggota tentang kinerja dan arah koperasi.
  • Motivasi Berkontribusi: Anggota yang merasa dilayani dan dihargai akan lebih termotivasi untuk berkontribusi bagi kemajuan koperasi. Mereka tidak hanya melihat koperasi sebagai tempat mencari keuntungan, tetapi juga sebagai wadah untuk berpartisipasi dalam membangun ekonomi bersama.
  1. Peningkatan Kinerja dan Efisiensi Koperasi:
  • Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik: Dengan melibatkan anggota dalam proses pengambilan keputusan, pengurus yang menerapkan servant leadership mendapatkan perspektif dan informasi yang lebih beragam. Hal ini menghasilkan keputusan yang lebih tepat dan efektif, karena mempertimbangkan kepentingan seluruh anggota.
  • Peningkatan Produktivitas: Anggota yang merasa dihargai dan didukung akan bekerja lebih giat dan produktif, baik sebagai pengurus, pengawas, maupun karyawan koperasi. Hal ini berdampak positif pada kinerja dan efisiensi operasional koperasi.
  • Inovasi dan Kreativitas: Lingkungan kerja yang inklusif dan kolaboratif yang diciptakan oleh servant leadership mendorong munculnya ide-ide baru dan inovasi. Anggota merasa nyaman untuk menyampaikan gagasan dan berpartisipasi dalam pengembangan usaha koperasi.
  1. Penguatan Nilai-Nilai Koperasi:
  • Solidaritas dan Kebersamaan: Servant leadership memperkuat nilai-nilai dasar koperasi, seperti solidaritas, kebersamaan, dan gotong royong. Pengurus yang melayani akan memprioritaskan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, membangun rasa saling percaya dan menghormati di antara anggota.
  • Tanggung Jawab Sosial: Servant leadership juga menekankan pada tanggung jawab sosial. Koperasi yang dipimpin dengan prinsip ini akan lebih peduli terhadap dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan usahanya, serta berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat sekitar.
  • Etika dan Integritas: Servant leadership didasari oleh nilai-nilai etika dan integritas yang tinggi. Pengurus yang melayani akan bertindak jujur, adil, dan transparan dalam mengelola koperasi, menjaga kepercayaan anggota dan masyarakat.
  1. Keberlanjutan Koperasi:
  • Regenerasi Kepemimpinan: Servant leadership mendorong pengembangan kepemimpinan di semua tingkatan koperasi. Dengan memberikan kesempatan dan dukungan kepada anggota untuk belajar dan berkembang, koperasi dapat memastikan keberlanjutan kepemimpinan di masa depan.
  • Reputasi yang Baik: Koperasi yang menerapkan servant leadership akan memiliki reputasi yang baik di mata anggota, masyarakat, dan mitra bisnis. Hal ini meningkatkan kepercayaan dan dukungan, yang penting bagi keberlanjutan usaha koperasi.
  • Adaptasi terhadap Perubahan: Servant leadership menciptakan budaya organisasi yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan. Koperasi yang dipimpin dengan prinsip ini akan lebih mudah beradaptasi dengan tantangan dan peluang di lingkungan bisnis yang dinamis.

Contoh Penerapan Servant Leadership dalam Koperasi:

  • Pengurus secara rutin mengadakan pertemuan dan dialog dengan anggota untuk mendengarkan aspirasi dan masukan mereka.
  • Pengurus memberikan pelatihan dan pendampingan kepada anggota untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam bidang usaha koperasi.
  • Pengurus transparan dalam pengelolaan keuangan dan memberikan laporan yang akuntabel kepada anggota.
  • Koperasi terlibat dalam kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat di lingkungan sekitarnya.

Dengan menerapkan servant leadership, koperasi tidak hanya dapat mencapai tujuan ekonomi, tetapi juga memberikan manfaat sosial yang lebih luas bagi anggota dan masyarakat. Hal ini sejalan dengan jati diri koperasi sebagai badan usaha yang berlandaskan pada nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong.

Pengaruh Servant Leadership terhadap Perkembangan Eksistensi Manajemen Koperasi:

  1. Penguatan Identitas Koperasi: Koperasi didirikan atas dasar gotong royong, kebersamaan, dan kekeluargaan. Servant leadership memperkuat identitas ini dengan menekankan pada pelayanan, empati, dan mendahulukan kepentingan anggota. Dengan demikian, koperasi tidak hanya dilihat sebagai badan usaha semata, tetapi juga sebagai wadah sosial yang berorientasi pada kesejahteraan bersama.
  2. Peningkatan Kepercayaan Anggota: Kepercayaan adalah modal utama dalam koperasi. Pengurus yang menerapkan servant leadership akan membangun kepercayaan anggota melalui transparansi, akuntabilitas, dan komunikasi yang efektif. Ketika anggota percaya pada pengurus, mereka akan lebih aktif berpartisipasi dan berkontribusi pada koperasi.
  3. Partisipasi Aktif Anggota: Servant leadership mendorong partisipasi aktif anggota dalam pengambilan keputusan dan kegiatan koperasi. Pengurus yang melayani akan mendengarkan aspirasi anggota, memberikan informasi yang jelas, dan melibatkan mereka dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program. Partisipasi aktif anggota akan memperkuat demokrasi dalam koperasi dan meningkatkan rasa memiliki.
  4. Peningkatan Kualitas Manajemen: Servant leadership tidak berarti manajemen yang lemah. Justru sebaliknya, servant leadership mendorong peningkatan kualitas manajemen dengan memberdayakan pengurus dan karyawan. Pengurus yang melayani akan memberikan pelatihan, pendampingan, dan kesempatan bagi staf untuk mengembangkan diri. Hal ini akan meningkatkan profesionalisme dan efisiensi pengelolaan koperasi.
  5. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Servant leadership berfokus pada pengembangan sumber daya manusia, baik pengurus, karyawan, maupun anggota. Koperasi yang menerapkan servant leadership akan berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan, memberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang, serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi aset penting bagi keberlanjutan koperasi.
  6. Peningkatan Kinerja dan Daya Saing: Dengan SDM yang berkualitas, manajemen yang baik, dan partisipasi anggota yang aktif, koperasi akan mampu meningkatkan kinerja dan daya saingnya di pasar. Koperasi akan lebih adaptif terhadap perubahan, inovatif dalam mengembangkan produk dan layanan, serta mampu bersaing dengan badan usaha lainnya.
  7. Keberlanjutan Usaha Koperasi: Semua faktor di atas, yaitu identitas yang kuat, kepercayaan anggota, partisipasi aktif, manajemen yang berkualitas, dan SDM yang handal, akan berkontribusi pada keberlanjutan usaha koperasi. Koperasi yang menerapkan servant leadership akan lebih resilien menghadapi tantangan dan mampu bertahan dalam jangka panjang.

Contoh Konkret Pengaruh Servant Leadership dalam Manajemen Koperasi:

  • Rapat Anggota Tahunan (RAT): Dalam RAT, pengurus yang menerapkan servant leadership tidak hanya menyampaikan laporan pertanggungjawaban, tetapi juga membuka ruang diskusi dan dialog yang luas dengan anggota. Mereka mendengarkan masukan dan aspirasi anggota, serta menjelaskan kebijakan dan program koperasi secara transparan.
  • Pengembangan Usaha: Ketika koperasi akan mengembangkan usaha baru, pengurus melibatkan anggota dalam proses perencanaan. Mereka melakukan survei kebutuhan anggota, meminta masukan dan ide, serta membentuk tim kerja yang melibatkan perwakilan anggota.
  • Pelatihan dan Pendidikan: Pengurus secara rutin mengadakan pelatihan dan pendidikan bagi anggota dan karyawan. Pelatihan ini bisa berupa pelatihan manajemen, keuangan, pemasaran, atau keterampilan teknis sesuai dengan bidang usaha koperasi.

Dengan demikian, servant leadership bukan hanya sekadar gaya kepemimpinan, tetapi juga merupakan filosofi yang sangat relevan dengan prinsip-prinsip koperasi. Penerapan servant leadership akan memperkuat eksistensi manajemen koperasi, meningkatkan kinerja, dan menjamin keberlanjutan usaha koperasi di masa depan.

Hubungan antara servant leadership dengan mahasiswa jurusan manajemen bisnis sangat erat dan saling menguntungkan. Servant leadership memberikan landasan yang kuat bagi pengembangan karakter dan keterampilan kepemimpinan mahasiswa, yang pada gilirannya akan mempersiapkan mereka menjadi pemimpin yang efektif dan beretika di masa depan. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai hubungan tersebut:

  1. Pengembangan Karakter dan Nilai-nilai Kepemimpinan:
  • Fokus pada Pelayanan: Servant leadership menekankan pada pentingnya melayani orang lain. Mahasiswa manajemen bisnis yang mempelajari dan menerapkan prinsip ini akan terbiasa untuk memprioritaskan kebutuhan orang lain, baik rekan kerja, bawahan, maupun pelanggan. Hal ini penting untuk membangun hubungan yang kuat dan langgeng dalam dunia bisnis.
  • Empati dan Kepedulian: Servant leadership mengajarkan pentingnya empati dan kepedulian terhadap orang lain. Mahasiswa akan belajar untuk memahami perspektif orang lain, merasakan apa yang mereka rasakan, dan bertindak dengan penuh pengertian. Kemampuan ini sangat penting dalam memimpin tim yang beragam dan membangun lingkungan kerja yang inklusif.
  • Integritas dan Etika: Servant leadership didasari oleh nilai-nilai integritas dan etika yang tinggi. Mahasiswa akan belajar untuk bertindak jujur, adil, dan bertanggung jawab dalam setiap tindakan mereka. Hal ini penting untuk membangun reputasi yang baik dan mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
  1. Pengembangan Keterampilan Kepemimpinan:
  • Komunikasi yang Efektif: Servant leadership menekankan pada komunikasi dua arah yang terbuka dan transparan. Mahasiswa akan belajar untuk mendengarkan dengan aktif, menyampaikan informasi dengan jelas, dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Keterampilan ini sangat penting dalam memimpin tim, membangun hubungan dengan pelanggan, dan bernegosiasi dengan mitra bisnis.
  • Pengambilan Keputusan yang Kolaboratif: Servant leadership mendorong pengambilan keputusan yang melibatkan partisipasi orang lain. Mahasiswa akan belajar untuk mengumpulkan masukan dari berbagai pihak, mempertimbangkan perspektif yang berbeda, dan mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan bersama.
  • Pemberdayaan Orang Lain: Servant leadership berfokus pada pemberdayaan orang lain untuk mencapai potensi mereka. Mahasiswa akan belajar untuk memberikan dukungan, pelatihan, dan kesempatan bagi orang lain untuk berkembang. Keterampilan ini penting untuk membangun tim yang solid dan berkinerja tinggi.
  1. Persiapan untuk Karir di Dunia Bisnis:
  • Kepemimpinan yang Efektif: Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip servant leadership, mahasiswa manajemen bisnis akan lebih siap untuk menjadi pemimpin yang efektif di dunia kerja. Mereka akan mampu memotivasi tim, membangun hubungan yang kuat, dan mencapai tujuan organisasi dengan cara yang etis dan bertanggung jawab.
  • Keunggulan Kompetitif: Di era modern, perusahaan semakin mencari pemimpin yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian sosial. Mahasiswa yang memiliki pemahaman tentang servant leadership akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja.
  • Kontribusi Positif bagi Masyarakat: Servant leadership tidak hanya bermanfaat bagi individu dan organisasi, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Mahasiswa yang menerapkan prinsip ini akan berkontribusi pada terciptanya dunia bisnis yang lebih beretika, berkelanjutan, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama.

Contoh Penerapan Servant Leadership oleh Mahasiswa Manajemen Bisnis:

  • Organisasi Kemahasiswaan: Mahasiswa dapat menerapkan servant leadership dalam organisasi kemahasiswaan dengan menjadi pengurus yang melayani anggota, mendengarkan aspirasi mereka, dan memfasilitasi pengembangan diri mereka.
  • Proyek Kelompok: Dalam proyek kelompok, mahasiswa dapat menerapkan servant leadership dengan membagi tugas secara adil, memberikan dukungan kepada anggota tim, dan memastikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berkontribusi.
  • Kegiatan Sosial: Mahasiswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan menerapkan servant leadership dengan melayani masyarakat yang membutuhkan dan berkontribusi pada pemecahan masalah sosial.

Dengan demikian, servant leadership memberikan landasan yang kuat bagi pengembangan mahasiswa manajemen bisnis menjadi pemimpin masa depan yang berintegritas, efektif, dan berorientasi pada pelayanan. Pemahaman dan penerapan prinsip ini akan memberikan manfaat yang besar bagi karir mereka dan kontribusi mereka bagi masyarakat.

Mengingat STIE Dharma Putra adalah institusi pendidikan tinggi yang berfokus pada bidang ekonomi dan bisnis, kemungkinan besar Rektor akan melihat servant leadership sebagai pendekatan kepemimpinan yang relevan dan penting untuk diterapkan, baik di lingkungan kampus maupun di dunia bisnis secara umum. Berikut beberapa kemungkinan penekanan yang mungkin diberikan:

  • Pentingnya Pengembangan Karakter Mahasiswa: Rektor mungkin menekankan bahwa servant leadership bukan hanya tentang keterampilan manajemen, tetapi juga tentang pengembangan karakter mahasiswa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang holistik, yaitu membentuk lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas, etika, dan kepedulian sosial.
  • Relevansi dengan Dunia Bisnis Modern: Rektor mungkin melihat servant leadership sebagai gaya kepemimpinan yang sangat dibutuhkan di dunia bisnis modern yang semakin kompleks dan dinamis. Dengan menekankan pada pelayanan, kolaborasi, dan pemberdayaan, servant leadership dapat membantu organisasi menghadapi tantangan dan mencapai kesuksesan jangka panjang.
  • Implementasi di Lingkungan Kampus: Rektor mungkin mendorong penerapan servant leadership di lingkungan kampus, baik di kalangan dosen, staf, maupun mahasiswa. Hal ini dapat menciptakan budaya organisasi yang positif, inklusif, dan berorientasi pada pelayanan. Contohnya, dosen yang menerapkan servant leadership akan memberikan perhatian yang lebih besar pada kebutuhan belajar mahasiswa, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan memfasilitasi pengembangan diri mereka.
  • Keterkaitan dengan Nilai-nilai Keindonesiaan: Rektor mungkin mengaitkan servant leadership dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, seperti gotong royong, musyawarah, dan kekeluargaan. Hal ini dapat memperkuat identitas servant leadership sebagai pendekatan kepemimpinan yang relevan dengan konteks budaya Indonesia.
  • Penguatan Kerjasama dan Kemitraan: Rektor mungkin melihat servant leadership sebagai landasan yang kuat untuk membangun kerjasama dan kemitraan dengan pihak eksternal, seperti dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat. Dengan mengedepankan prinsip saling melayani dan memberikan manfaat bagi semua pihak, STIE Dharma Putra dapat memperluas jaringan dan meningkatkan kontribusinya bagi pembangunan.

Penulis adalah Mahasiswa STIE DHARMA PUTRA Pekanbaru

Leonardo Sianturi dan Patar Indraman Sidauruk

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (2)
  • comment-avatar
    Dedi Oktarian 6 bulan

    Nice for artikel

  • comment-avatar
    Brilliana Eka Wijayanti 6 bulan

    Karya yang sangat baik dan mengedukasi khalayak ramai. Tentu saja opini dan fakta yang ada dapat membangun pengetahuan bagi para pembacanya. Semoga semakin meningkat karya yang dibuat dan dapat menjangkau orang secara luas dan lebih banyak ๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡๐Ÿ™Œ

  • Disqus (0 )